Kamis, 02 September 2010

.......????

kita  adalah bagian dari bola

ditendang-tendang mengarah ke gawang

membentur mistar, terpental, berputar-putar
berebut, adu sikut

menghantam betis

wasit tak digubris

yang penting lawan tergilas habis



pemenang pesta riang

suporter tak diundang
bola pun tersingkir

setelah pertandingan berakhir

jika lagi-lagi masih terus begini
seperti tak berarti

masihkan kita perlu membentuk bola lagi

untuk sebuah tradisi, lima tahun sekali.
 

(Itu puisi yang sangat sederhana, yang agar mudah dibaca oleh  orang-orang desa. Tapi tetangga  sebelah kiri saya,yang jadi anggora Dewan, marah membacanya. Ini puisi sampah, nggak mendidik. Lima tahun sekali, Pemilu,pilihan Presiden, sudah diatur oleh perundang-undangan negara Demokrasi.  Nggak baik puisi ini, provoktif,bantahnya. Kang Min, tetangga sebelah kanan saya, menyahut : Apa kata sampeyan tadi?  Dhemokrasi kata sampeyan?   Bukan demokrasi,Mas. Yang benar : dhemukrasi. Sing gedhe  lemu, sing cilik dikerasi.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar