Kamis, 20 Januari 2011

HUMOR MAJALAH MATRA (7)

(56)
DUA wanita yang bertetangga tengah asyik berbincang seraya meneguk kopi.
"Mira," kata Santi,"Kamu selalu mengenakan pakaian yang bagus. Sedangkan saya, boro-boro minta uang suami untuk beli selembar baju. Apa kamu punya tehnik khusus menggaet kocek suamimu?"
"Sebetulnya, saya punya masalah yang sama dengan kamu. Tapi, suatu pagi ketika ia masih di ranjang, saya berjalan di hadapannya tanpa sehelai benang pun di badan, sambil membawa keranjang belanja. Saya katakan kepadanya, saya akan pergi ke pasar. Lalu katanya," Dengan begitu?" Saya menjawab,"Iya. Seperti ini." Saya tambahkan, bila ia menolak memberikan saya uang untuk beli baju, saya akan pergi ke pasar dengan begitu. Ia lantas mencium saya dan menyodorkan Rp 100.000,- Bagaimana kalau kau coba tehnik itu, Santi?"
Dan Santi memang mencobanya. Suatu pagi ia masuk ke kamar tidur tanda busana, dengan keranjang belanja di tangannya. Sang suami  memandangnya dan bertanya," Mau ke mana kamu?"
"Belanja ke pasar," jawab Santi.
"Hmmmm...,sebaiknya kamu bercukur dulu," gumam suaminya acuh tak acuh.


(57)
SEORANG suami pulang ke rumah pukul tiga pagi dan mendapatkan istrinya tengah seranjang dengan pria lain. Si isteri bertanya," Dari mana saja kamu, kok baru pulang sekarang?!"
Suaminya balik bertanya," Siapa pria ini?"
"Jangan mengalihkan topik pembicaraan!" kata istrinya marah.

(58)
+ Tahukah kau, Badi ditembak Roy waktu ia ditemukan sedang bercinta dengan istri Roy kemarin?"
-  Wah, sebetulnya bisa lebih buruk dari itu."
+ Maksudnya?"
-  Bisa-bisa saya yang tertembak,kalau itu terjadi dua hari lalu."

(59)
SEORANG sipir memburu narapidana yang lari, tapi hanya menemukan seorang yang cuma memakai celana dalam dan singlet sedang jongkok buang hajat di sebuah kebun di belakang penjara.
Sipir langsung menangkap lengannya sambil berkata," Kamu boleh membuang pakaian penjaramu, tapi aku tahu betul bahwa kau salah seorang napi yang lari."
"Bapak jangan menuduh sembarangan. Apa buktinya?"
"Dari kotoranmu yang hijau. Kau tahu, kami hanya memberimu sedikit nasi dan lebih banyak bayam dan kangkung."

(60)
KELASI itu berdiri.
"Tolong katakan ke hadapan sidang pengadilan ini, apakah Saudara mengenal terdakwa dan saksi-saksi itu," kata jaksa penuntut.
"Maaf,Pak," kata si pelaut." dapatkah Anda jelaskan arti kata-kata tersebut?"
Mata jaksa penuntut menyempit."Memalukan! Bagaimana kamu bisa menjadi saksi dalam suatu peristiwa pembunuhan kalau tidak tahu istilah-istilah penting itu?"
"Maaf,Pak."
Sang jaksa berkata pula," Baik, saya dapat mengatakannya dengan cara lain. Katakan kepada sidang di mana saudara berada ketika terdakwa menghabisi korbannya?"
"Saya berada di buritan, dekat kotak kompas."
"Dapatkah saudara menjelaskan kata-kata tadi?"
"Memalukan!" sahut si kelasi."Bagaimana Anda dapat memeriksa perkara yang terjadi di kapal kalau tidak tahu istilah-istilah penting itu?"

(61)
SALADIN menemui hakim Pengadilan Agama. Ia dan istrinya ingin bercerai.
"Kami ingin bercerai karena, setelah dua tahun, istriku mengetahui bahwa saya memakai alat bantu seks ketika bercampur dengan."
"Maksud Anda? Anda impoten?"
"Benar. Tapi kami selalu bersebadan dalam gelap gulita, sehingga ia tak pernah curiga."
"O, begitu. Dan sekarang ia tahu, dan karena itu ingin meninggalkan Anda?"
"Bukan," kata Saladin."Kami ingin bercerai karena ia hamil."

(62)
SEORANG gadis buruk rupa duduk menyendiri di Pantai Florida,Amerika, ketika sebuah botol dihempaskan ombak ke kakinya. Dia membuka botol itu, dan keluarlah gumpalan asap membentuk wuijud jin.
"Aku terkurung selama lebih dari lima ribu tahun di dalam botol ini," ujar jin itu."Kini kamu telah membebaskan aku. Sebagai hadiah, aku akan mengabulkan apa saja yang kamu inginkan."
"Keindahan," jawab si gadis gembira."Aku ingin bentuk tubuh seperti Sophia Loren, wajah seperti Elizabeth Taylor dan betis seperti Betty Grabe."
"Sayangku," ujar jin dengan murung." Lebih baik kamu masukkan saja aku ke dalam botol itu lagi."

(63)
KARENA dakwaan yang diajukan jaksa cukup berat, hakim memberikan dispensasi kepada terdakwa." Mengingat kasus ini tidak biasa, saya ijinkan saudara terdakwa untuk didampingi empat pembela," kata hakim.
"Saya keberatan pak Hakim. Daripada didampingi begitu banyak pembela, lebih baik carikan saya saksi yang mampu meringankan hukuman."

(64)
Hakim yang terkenal sabar jadi emosi saat berhadapan dengan terdakwa yang kelihatan pilon." Apa yang saudara lakukan ketika polisi datang ke rumah itu?"
"Saya sedang menunggu, pak Hakim."
"Menunggu apa?"
"Mernunggu seseorang memberi saya uang."
"Untuk apa orang itu harus memberi saudara uang?"
"Ya untuk menunggu itu."
"Cukup. Sekali lagi saudara menjawab seenaknya, akan saya gandakan hukuman saudara. Lalu apa pekerjaan saudara sehari-hari,' ujar hakim semakin hilang kesabaran.
"Ya menunggu rumah itu, pak Hakim." []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar