Bunyi sebuah status :
Aku masih menyayangimu, walau kau bukan milikku, Dindaku.
"Begitukah, Adinda?"
"Ya, Kakanda."
"Itu status kita."
"Ya, status kita."
"Tidakkah Adinda komen pula?"
"Nggak, ah."
"Kenapa?"
"Malu."
"Sepatah atau dua patah kata, tak apa. Menambah kehangatan saat kubaca."
"Cukuplah orang-orang saja."
"Tentu orang tak nyangka bahwa ini nyata."
"Ya, nyata sekali,Kakanda. Bukan lagi dunia maya."
Beberapa menit setelah status diunggah, masuk komentar dari Jaya Gembol," Romantis nih. Cinta memang tak harus memiliki. Kontak batin pun, jadi, bertemu dalam mimpi."
Disusul komentar dari mas Bilung," Smoga bisa ketemu di akherat nantinya. Tunggu saatnya,Adinda. Hidup di dunia hanya sementara. Betapa pula indahnya bisa dikubur dalam liang yang sama.
Akun lain, dari seorang penyair, masuk berkomentar model puisi :
oh, asmara
kalau kau sudah kuasa
jatuh olehmu yang perkasa
yang cerdik kau bikin pandir
yang waspada tak mampu berpikir
Masuk lagi komentar,menggelegar bagai bunyi halilintar menyambar." Bajingan kau! Anjing Busuk! Kau pikir aku nggak tahu yang kau maksud Dinda. Itu istriku. Aku buka smsmu yg sama dengan status busukmu sebelum kauunggah. Bajingan! Jawab! Atau kulabrag kau! Aku tahu alamatmu!."
Disusul komentar dari akun lain," Slamet slamet slamet slamet...! []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar