(75)
TONY, seorang pengusaha muda, baru saja buka kantor sendiri. Ia menyewa sebuah kantor yang bagus, lengkap dengan berbagai perabot antik. Ketika sedang duduk, Tony melihat seorang pria menuju kantornya.
Agar kelihatan sibuk, sebagaimana layaknya bos, ia berlagak bernegoisasi bisnis di telepon dengan seseorang, sambil mempersilakan tamunya duduk. Beberapa waktu kemudian, Tony meletakkan gagang telepon dan bertanya," Ada apa, Pak?"
Pria itu menjawab," Saya mau memasang sambungan telepon!"
(76)
"Akhirnya saya bisa membuat bos kita tertawa," ujar Mira kepada Ati, rekan kerjanya.
"Apakah kau menceritakan humor kepadanya?" tanya Ati.
"Tidak. Saya cuma minta kenaikan gaji!" jawab Mira.
(78)
SEORANG pengusaha terkenal bunuh diri dengan meloncat keluar jendela kantornya di gedung tinggi. Ita, sekretarisnya dimintai keterangan oleh polisi," Saya baru bekerja di sini kira-kira tiga minggu," jawab Ita.
"Apakah hubungan Anda dengan bos Anda baik?" tanya polisi.
"Ya. Setiap hari kami bersenang-senang," katanya." Waktu kencan pertama, ia memberi saya gelang emas. Kemudian, ia menghadiahkan gaun malam yang indah. Minggu lalu, ia memberikan mobil."
"Bagaimana hari ini?"
"Setahu saya, ia mengatakan tidak membawa hadiah. Tapi ia bertanya, berapa ia harus membayar, jika ingin bercinta dengan saya? Saya katakan, ia boleh membayar saya seratus ribu rupiah, meskipun saya memberikan harga dua ratus ribu rupiah kepada pria-pria lain di perusahaan ini. Tak lama setelahnya, ia meloncat keluar jendela!".
(79)
NYONYA Andi kurang suka melihat cara Inem membersihkan rumah. Sambil mengelap debu yang masih menempel di perabot ,Nyonya Andi mengomeli pembantu itu.
"Nyonya jangan ngomel saja. Saya ini memasak lebih baik, dan lebih rapi membereskan rumah ketimbang Nyonya," jawab Inem melawan.
"Siapa yang bilang begitu?" tanya Nyonya Andi sedikit sewot.
"Ya, tuan Andi. Di tempat tidur, saya juga lebih pintar daripada Nyonya,"kata Inem.
"Suamiku juga yang mengatakan itu?!" teriak Nyonya Andi makin panas.
"Bukan Nyonya. Si Udin, tukang kebun yang bilang begitu," jawab Inem sambil menghambur ke dapur.
(80)
"Saya dengar di Turki, lelaki dibayar seratus dolar untuk sekali main dengan wanita sana. Ingin sekali saya pindah ke sana," kata seorang lelaki yang sebetulnya sudah loyo,bercerita pada isterinya yang masih muda.
"Boleh saja, tapi saya ikut ke sana," ujar istrinya.
"Untuk apa kamu ikut?"
"Cuma ingin tahu, apa bisa kamu hidup setahun dengan seratus dolar itu."
(81)
MARTIN, karyawan sebuah perusahaan, gemar sekali bertaruh. Kepala bagian Personalia sudah tak sanggup menanganinya. Maka, suatu hari, Martin diminta menghadap big bos perusahaan itu, dengan harapan pimpinan perusahaan bisa memberinya pelajaran.
"Martin." kata bos itu."Katanya kamu suka bertaruh. Apa sih yang kamu pertaruhkan?"
"Apa saja,Pak. Misalnya, saya berani bertaruh Rp 25.000,- bahwa di bahu kiri Bapak ada tahi lalat."
"Kamu berani bertaruh untuk itu?' tanya si bos seraya menggulung lengan kiri kemejanya."Lihat, ternyata tak ada tahi lalat."
"Oh, maaf, saya salah," ujar Martin sambil mengeluarkan Rp 25.000,- dari dompetnya.
"Sebaiknya, mulai sekarang kamu bekerja dengan baik, dan jangan suka bertaruh lagi," nasehat bosnya sambil mempersilakan Martin keluar ruangannya.
Setelah itu, sang bos menelpon Kepala bagian Personalia,menceritakan apa yang baru saja terjadi."Saya rasa, saya sudah memberi pelajaran berharga kepada Martin," kata si bos dengan nada bangga.
"Saya kira tidak.Justeru Martin menang," ujar Kepala bagian Personalia." Sebab, sebelum menghadap Bapak, ia mengajak saya bertaruh Rp 50.000,- Katanya, ia bisa membuat Bapak menggulung lengan kemeja dalam waktu 5 menit setelah bertemu dengannya."
(82)
SEORANG penjudi dimakamkan. Dalam kata sambutan, salah seorang anggota keluarganya berkata penuh semangat," Saya tak percaya Edi telah pergi. Tidak, ia tidak pergi untuk selamanya. Ia hanya tidur. Ia tidak mati!"
Penjudi lain yang datang ke pemakaman itu menyahut," Saya berani taruhan Rp 500.000,- kalau ia betul-betul mati!"
(83)
"Kamu anak baik,ya. Kamu begitu tenang, tidak mengganggu ayahmu yang sedang tidur siang," kata sang ibu mendapatkan puteranya yang berumur lima tahun duduk memperhatikan ayahnya yang tertidur di sofa.
Dengan ringan si anak menjawab," Saya sedang menunggu, kapan rokok itu membakar jari-jari ayah!" []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar